Notes On

Monday, September 3, 2007

Tentang Tamu

(1)
ada yang mengetuk pintu beberapa subuh,
menggenggam dingin
yang dibalurkannya di atas perutku.
sambil menatap mataku
mencari-cari
entah apa
lalu berbalik
"aku tidak buru-buru" katanya,
di perut yang terbakar
aku membaca telapak tangan yang sama
tertanda: kesedihan.


(2)
di tanganku ada cawan:
hari ini di depanku bersandar,
kami bersulang: untuk kemestian
yang masih harus diteruskan,
untuk kerelaan yang mesti diihklaskan,
ketika antara keping keinginan binal*
dan sehimpun talkin* ada niscaya
yang tidak selesai.


keping keinginan binal, sehimpun talkin: Muhary WN (Bentang Waktu)

1 comment:

  1. siapa yang mengetuk itu?
    kalau engkay derita, masuklah
    engkau tak pernah ingkar janji ...
    (Luna, ingat 'kan larik-larik puisi ini)

    ReplyDelete