Notes On

Sunday, June 22, 2008

Malam di Losari


berhadapan dengan malam
bau laut menggantung
pekat
sudah selarut ini
kau masih belum kembali
pada trotoar losari kosong berangin
pada gerobak dengan peti-peti sepi pembeli
pada sayup pelita di buritan sampan
ada aku terhampar
di antara angin dan malam
padamu kukemas rindu

seperti angin silir, ombak, es dalam kotak sepi
tak putus-putus dingin
melarutkan malam
rindu tak jemu kularung ke arahmu
semoga sampai
sebelum pagi

/2/
kabut di laut, hari larut di langit hampa, kepada bayang hitam perahu pulang
rindu tersangkut di tiang dermaga
ombak mengusap kayu, waktu mengusapku.mengusap risau yang sebahu.
bagiku kau binatang karang di tiang-tiang dermaga, lekat, pada surut dan pasang
pada pecah gelombang, tumbuh dan diam.
tentangmu: waktu adalah tangan yang melambai, melepas pergi. pun aku, buih busa di buritan kapal , kenangan yang tak jejak, tak sisa.
di dermaga, kuantar kenangan pulang ke malam.

/3/

di sebuah pantai lain,
angin membawa bau hutan,
bertiup dari lautan sarat dengan 'jangan', 
sarat oleh 'tak boleh',  menghembuskan gamang
menyisirkan bimbang.
Lalu hujan jatuh,
membalurku dengan perih dan gigil
yang memamah dirinya sendiri
ketika berhenti.

2008

Saturday, June 14, 2008

Tanda Musim Kita

then another page was added about you

datangnya seperti gelombang dari kejauhan,
mengombak lalu pecah di bibir pantai.
dan selain buih busa,
juga rasa kosong yang tak terpahami musababnya
tak ada apa yang di bawanya.

angin dan aku mungkin telah berpapasan
di silirnya tentulah terbeban pesan
tentang musim hujan dan musim angin
tentang penanda tiba musim buah di hutan
tentang bau pantai yg tumpah ruah dengan penggal kehidupan,
angin dan aku tentulah telah berpapasan
tapi telingaku tak hirau pada pesan
"musim angin telah datang,
sakal atau banal, ia telah berubah haluan"

datangnya seperti riuh kelelewar Maespun
mengejar musim buah di pulau besar
yang ditinggalkannya,
kenangan ranum buah
separuh luka terbuka

2008

?

datangnya seperti gelombang dari kejauhan,

mengombak lalu pecah di bibir pantai. dan selain buih busa,

juga rasa kosong yang tak terpahami musababnya

tak ada apa yang di bawanya.

angin dan aku tentulah telah berpapasan

di silirnya tentu terbeban pesan


tentang musim hujan dan musim angin
tentang bau musim buah di hutan
tentang bau pantai yg tumpah ruah dengan penggal kehidupan,
angin dan aku tentulah telah berpapasan
tapi telingaku tak hirau pada pesan.
"musim angin telah datang,
sakal atau banal, ia telah berubah haluan"


datangnya seperti riuh kelelewar Maespun*
mengejar musim buah di pulau besar
yang ditinggalkannya,
kenangan ranum buah
separo luka terbuka

*Maespun: pulau yang dihuni kelelawar di perairan Raja Ampat

2008

Friday, June 13, 2008

Cemburu Yang Membakarku

then another page was added about you



cemburu? ada masa yang panjang saya tertawa atas kata itu.. cemburu hanya milik mereka yang dimanjakan kepalsuan. dan dua-duanya: kepalsuan dan manja, bukan sepantasnya menjadi bagianku. Tapi malang sekali, hari ini di depanmu saya dengan panik mencari pegangan dan kendali atas diriku sendiri. Tiba-tiba ingin kuraih saja bayang kesombongan -juga palsu- yang menonton kepanikanku dengan bibir terkatup.

ya saya cemburu.
datangnya seperti gelombang dari kejauhan, yang mengombak dan pecah di bibir pantai. dan selain buih busa, tak ada apa-apa yang di bawanya. Ah. juga rasa kosong yang tak terpahami musababnya.

apa alasannya?
tidak tahu. saya tak punya penjelasan. terlebih alasan, kenapa perlu cemburu. Ini hanya sebuah peristiwa dari keteledoran membaca musim. Ini hanya kesalahan. Kesalahan sering kali tidak memerlukan penjelasan tentang alasan. Barangkali. Sederet kalimat ini, semata barangkali dan mungkin, juga entahlah.

seringkali, dan sering sekali saya tidak punya jawaban untuk kejutan-kejutan emosional seperti ini. Jika itu -terkejut - adalah indikator ketidaksiapan, maka dalam beberapa hal mencemburuimu adalah kesalahan. kesalahannya ada padaku. salahku sendiri. Sebab kenapa mesti terkejut? Dirimu tidak rumit dibaca.
Kalau mau beranalogi, kau bukan aksara lontara untuk orang papua yang tak mahir meninggalkan jejak perjalanan di atas "kertas". Tapi tentu saja, kau tak bisa bilang: aku lebih berbudaya hanya karena telah mencapai aksara. Karena kau pun tentu paham, jejak dapat ditinggalkan dengan wujud yang lebih sederhana: pada ukiran dan patung-patung. Tapi justru lebih merdeka, saya pikir. Ah, ini tidak ada hubungannya.
Kembali ke cemburu, keterkejutan itu. gelombang yang lalu mengombak dan sekarang pecah ini, tidak terjadi kecuali saya menginjinkannya -gelombang itu- sampai ke pantai. sesuatu yang mestinya tak terjadi lagi. Telah saya bangun pemecah ombak untuk segala yang dibangkitkan lautku sebagai respon terhadapmu. Tapi ternyata, saya tidak cermat. Ada ombak kecil yang telah sampai di pantaiku belakang hari ini.. yang membuatku berdebar. berdebar lagi. tapi keras kepala dan keangkuhanku melarang untuk melihatnya sebagai pesan perubahan..
pesan tentang musim yang berubah. angin yang membawa bau hutan, mulai bertiup lagi dari arah lautan. Membangkitkan kerinduan dengan sangat. Meski kerinduan itu sarat dengan perih dan gigil yang memamah dirinya sendiri ketika segala berhenti.

Cemburu yang membakar, menghangus-abukanku, dibangkitkan olehmu.

Thursday, June 12, 2008

Alkisah: Di Luxemburg

SEEKOR MERPATI TERBANG


Rimbun taman ditembus remang petang
seekor merpati terbang ,
sunyi di bawah sayapnya memasuki seluruh taman
pada terbang dan hinggap merpati
aku melihat diri di antara riap-rimbun kasih sayang
membangun sarang
dari mana seribu esok kemudian kulaga kujelang

di bawah sayapku
petang
semata sepetak ruang
dalam taman

2008

KAU BERJALAN SENDIRI DI TROTOAR KOTA

jelas kudengar suara sepatumu
suara sepi dan rindu
ketika hari itu berjalan sendiri di trotoar kota
menjauh

kuseru namamu
yang menjawab
masih suara dahulu
trotoar panjang kesendirian
dan rindu adalah gegas di kakiku
mencarimu

2008
LV

Saturday, June 7, 2008

Di Depan Jendela


1/
masih begini pagi, daun asoka berputik embun
seperti ketika pertama jumpa,
pagi ini dengan kelu kupetik kata
dari pohon mangga di halaman.
ceritakan padaku
apa yang di letakkan malam
di luar jendelamu?

2/
Kau tahu disini musim membuahi sudah datang?
Setiap pagi halaman dipenuhi jejak musim bersetubuh:
Putik dan buah yang kalah bertarung
seperti tiap pagi kau penuhi rahimku dengan jejakmu
jejak musim tumbuh
benih yang kau tabur
di antara dengus dan erang kasihmu
setubuh indah dahsyat tak berwaktu.

Pagi ini,
Ketika bangun halaman telah tersapu
Putik gugur menyerak di sudut halaman
Aku tahu untuk mangga di halaman
Musim akan terus bersetubuh
di atas putik gugur
tapi halamanku tak lagi akan kau tabur
dengan jejak musim tumbuh

2008

Thursday, June 5, 2008

Perjalanan Bersama

then another page was added about you

Perjalanan Bersama

Ketika kau pergi, sendiri
siapa yang kau temui di perjalanan? orang-orang asing, tentu saja.
tapi wajah asing mereka, tentulah wajahku juga:
wajah dengan mata yang seperti pantai menunggu
ombak menyapu dengan rindu,.
atau wajah dengan leret parit luka seperti wajahmu
pada wajah asing yang sangat kau kenal
perjalanan bersama kau teruskan .


Ketika pergi sendiri siapa yang aku temui diperjalanan?
Ruang-ruang kosong yang tak pernah ragu
Bermanja di pangkuan, menyulut perut dengan birahi tak putus
Ruang kosong yang makin menganga karena kau tak ada
Ruang kosong yang memompakan gegas
pada menuju, tunggu, pada waktu.

Dan diantara leret tunggu dan ruang kosong
Roda perjalanan sendiri
kita tempuh bersama

Wednesday, June 4, 2008

Early Dinner, Late Lunch

then another page was added about you


Apa yang ingin kuingat tentang kencan early dinner , late lunch kita ini?
Kau berubah My.
Terlalu tenang, pertemuan ini menjadi terlalu wajar.. meski kau toh tak mampu menyembunyikan rasa gelisahmu ada di dekatku.
Atau saya ji itu yang (seperti biasa) merasa kau gelisah ada di dekatku.

ini rupanya jam terbaik untuk kita. Di tempat itu tak ada orang lain yang datang selain kita. Jamnya membuatmu sedang lapar-laparnya, tapi tak juga digegas "harus pulang waktu magrib".
dan waktu kerjakupun sudah sangat dekat ke selesai..
pokoknya timingnya, oks. oks banget malah.


kita bicara berdua, tanpa bertengkar. Meski mungkin di kepala kita berseliweran arus-arus ingatan. tapi kita telah ngobrol. Dan bahwa kau mendengar itu tidak lebih penting dari kenyataan kau tidak menghindari appointment ini.

sulit buat saya memikirkan -dulu- akan ada waktu seperti ini.. kita cuma berdua, dan makan dengan tenang (lahap, menghabiskan semua hidangan, dan tau akan ada yang membayar -yang membayar bukan saya, ha ha ha-) pula tanpa berdebat. Meski pembicaraan kita materinya sangat personal, sangat kau, sangat aku. sungguh atmosfirnya seperti sedang "date" beneran.. he he he

saya gak berani -meski ada- meneruskan imaji tentang "date" itu.. kau tahu saya suka terlalu jauh kesana dan kemudian termangu-mangu oleh kenyataan saya hanya sendirian disana..

dan (semoga saya tak salah menafsirkan) hal seperti ini, sangat mungkin terulang lagi.
hanya kita. kau tahu betapa berartinya itu untukku, duduk semeja denganmu tanpa prasangka.
dengan rasa nyaman.

Juga rasa nyaman, rasa nyaman berada di dekatmu. Bagiku, yang paling mendasar adalah kau tahu aku mencintaimu

Monday, June 2, 2008

Imaji Pilu - Kitakah itu?

di pantai yang menegaskan jarak kita
apa yang kau lakukan
ketika waktu memisahkan dulu dan lusa?

aku ingat angin
yang membawa dingin
ketika jarak membungkam raung dan erang
yang mendidih dalam nadi
yang mengabu dalam ingin

kalau ditegas jarak kita
ada rasa dingin
menyusup sela belulang
itu aku
meninggalkan jejak pilu
sedingin dan sengilu itu
sendiri tanpa dirimu

lalu tentang waktu?
waktu melata
dalam nadi yang terbakar oleh ingin.
segala dan seluruh ingin.