Notes On

Sunday, June 5, 2022

Ini Sa Suda

Ini Sa Suda

Apa katamu tentang tanah ini?
Mari berdiri: ini kesaksian negeri Tabi, La Pago, Mee Pago, Animha dan Saireri
tempat orang melihat matahari keluar dari kedalaman lubuk Pasifik
memanjat pucuk-pucuk pohon, menyeruak dari dalam tebal pekat kabut Amungsa.

Mari berdiri di sini, pilih: 
dari mana akan kau timba kearifan?
dari lintas sungai atau rawa-rawa Animha, tempat gaharu berendam, dipeluk perih peradaban.
dari derai ombak di pantai-pantai Saireri, Animha dan Tabi di mana badai bagi mereka adalah cara laut mencintai pantai
Dan perahu adalah cara merekam kisah cinta pada gurat kayu. Seperti patung-Asmat dan Kamoro merekam ingatan.

atau dari bentang pegunungan tengah yang didiami kaum
La Pago dan Mee Pago?
ah. tentang mereka: 
seperti aniani di tangan perempuan tani yang mengasihi padi
Demikian jaring bagi perempuan yang mendiami tepian Tigi dan danau-danau Enarotali.

Setiap kaum memiliki pengetahuannya sendiri
Seperti sungai memiliki kelok masing-masing
Seperti gunung memiliki ceruk dan lembahnya, sebagai tanda, seperti nama. 

Ini kesaksian 
tentang ketekunan benih 
hutan bakau, hutan kelapa yang tumbuh menebal sendiri, 
seolah tanah telah digarap para tua-tua ketika malam
dalam terang kunang-kunang
dan esoknya 
pohon-pohon berselimut lumut, 
yang disimpan hutan-hutan tanpa macan itu
merebahkan diri, untuk kemudian hidup dalam ulat sagu, burung kasuari, cendrawasih.  
Atau jadi pohon lagi. 

Merdeka? 

Apakah ada yang lebih merdeka dari memiliki pengetahuan, memiliki mata yang membaca langit malam sebagai arah pelayaran, dan menelusur jejak patahan ranting di hutan dengan akurasi shareloc seperti kita hari ini?

adakah yang lebih merdeka dari kelenturan benang tunggal noken, terfo, buah merah dan nyanyi? Apakah yang lebih merdeka, dari pukulan tifa, hentak kaki, 
Sebut kuskus, kasuari, cendrawasih lalu menari sampai kaki baabu? 

adakah rahim lain bagi kemerdekaan selain ketekunan, dari kaum yang perempuannya, menggiling serat tanaman jadi benang? 
Adakah tempat menimang kemerdekaan, selain dalam gendongan mama yang tangannya kokoh membelai tanah, memanen hidup dengan ruas-ruas jari yang tersisa? menjalin kehidupan bersama semua yang kau sebut hutan, keterpencilan?  

Adakah yang lebih merdeka dari menjadi sa. 
adakah yang lebih lantang menyerukan merdeka dari: ini sa suda. 

Ini Tabi, ini Mee Pago, Ini Saereri
Ini Ha Anim ini La Pago:
ini Papua, ini sa suda. 

Wa wa wa

Tuesday, March 22, 2022

Tuhan Bukan Gembalaku


TUHAN ADALAH GEMBALAKU 
TAK AKAN KEKURANGAN AKU


Meski bibir tak berucap,  lakuku mengungkap: 
Tuhan bukan gembalaku. 

Aku selalu kekurangan:
Kurang ini, kurang itu. 
Belum punya ini, belum punya itu
Karena kurang atau belum punya
Mulutku seperti mata air yang berbual-bual
Mengeluarkan keluh dan persungutan 
Hidupku adalah daftar panjang iri hati dan ketidakpuasan 

TUHAN ADALAH GEMBALAKU
IA MEMBARINGKAN AKU 
DI PADANG YANG BERUMPUT HIJAU
IA MEMBIMBING AKU KE AIR YANG TENANG

Duka, luka, ku beri label 
‘konsekwensi’ dan ‘tanggungjawab’ 
Saling sikut, tipu muslihat adalah mata angin
Untuk mencari air di balik belukar
Aku merambah jalan sendiri, 
Perjalanan yang kutempuh, 
Adalah siang yang jam-jamnya panjang.
Tanpa teduhan tanpa singgahan. 
Di ujung jalan buntu,
 di depan orang, aku memukul dada
Bertanya dalam doa: ‘Lord, why me?’
Tapi tidak jarang, ketika sendiri aku memaki:

‘Tempat apa ini? Situasi apa ini? Gak bisa jadi Tuhan, turun! Gue ganti!

TUHAN ADALAH GEMBALAKU, 
IA MENUNTUN AKU DI JALAN YANG BENAR
OLEH KARENA NAMA – NYA

Tuhan bukan gembalaku, 
Hidupku adalah pertaruhan 
yang dadunya di lempar oleh mumpung dan kebetulan.
Dengannya kutukar kasih dan setia.
Setelah itu sepi. Sendiri.

Perlahan hari bergulir ke petang.
Menengok ke kiri dan ke kanan
yang kulihat adalah bayang-bayang
mengepung malam,
aku berjalan dituntun sunyi  
Suaranya memanggil-manggil
Sementara dadu terus dilemparkan
Di meja pertaruhan.
Kutukar meterai kekudusan, 
Untuk membayar sepotong perjalanan menuju kemewahan
Yang setelah itu tidak bisa membeli damai bagi jiwa.
Untuk dahaga bermusim-musim jiwa yang merana, 
Kutukar ketulusan
Dengan setangkup air kubangan, 
sepiring keraguan, belati dan ranjang pinjaman 

SEKALIPUN AKU BERJALAN 
DALAM LEMBAH KEKELAMAN 
AKU TIDAK TAKUT BAHAYA
SEBAB ENGKAU BESERTAKU
GADAMU DAN TONGKATMU
ITULAH YANG MENGHIBUR AKU

Penuh luka,  memar, menanggung sepi dan kemarahan 
Jalan masih penuh belukar, hati penuh caci maki
aku bertemu, jejak hujan
Tapi hari terlanjur malam, 
Dengan keberanian yang tersisa, 
Belati dalam genggam aku berjalan 
terus mengarah kepada entah
menggapai-gapai ke sia-sia 

ENGKAU MENYEDIAKAN HIDANGAN
BAGIKU DI HADAPAN LAWANKU
ENGKAU MENGURAPI KEPALAKU DENGAN MINYAK
PIALAKU PENUH MELIMPAH

padaku tidak ada kesempatan
untuk menangkup tangan

Malam adalah perut yang memuntahkan darah
dan padanya aku menghamba,
di bawah bulan yang hadir di langit tembaga
ketika beruntung
aku melolong
raung kosong tak berkawan:
aku harus berkhianat untuk makan,
membunuh untuk kenyang
meski belati dalam genggam,
di meja para lawan, 
aku tertunduk
aku merangkak mengais sisa-sisa 

TUHAN ADALAH GEMBALAKU
KEBAJIKAN DAN KEMURAHAN BELAKA
AKAN MENGIKUTI AKU SEUMUR HIDUPKU
DAN AKU AKAN DIAM 
DALAM RUMAH TUHAN SEPANJANG MASA

Tanpa Tuhan tanpa gembala
Jiwaku terperangkap, hilang, 
Diabaikan dari  hitungan. 
Meski belati dalam genggam,
Aku menghitung kekalahan 
Di dalam diri yang sendiri
Aku akan memejamkan mata
di peluk sunyi tanpa Tuhan tanpa gembala

Kau dengar?

menempuh waktu 
ada tangis. tak berbunyi: 
‘tolong…. ada orang di sini *)


*) petikan dialog dalam naskah "Tolong", Nano Riantiarno.

Wednesday, May 19, 2021

Mazmur 151

aku mau bermazmur, mazmur tentang mekar mawar

dan perjalanan hujan. tentangmu. 


Darimu,

ada senantiasa  yang mengalir

Terus hadir :

Meski malam kelam pekat terbentang

Kebaikan kesetiaanmu pasti tiba. Sepasti fajar. 

Padamu 

ada yang tak bisa ditunda.

Seperti terang datang bersama matahari,

Tak terkalahkan, tak bisa dihalangi

Sepasti ' jadilah petang, jadilah pagi,'

tak perduli musim berganti.

cahaya wajahmu mengawal hari-hari kami.

Kehidupan kau perintahkan mengalir

Mengairi hidup kami

kun faya kun!

bukan sulap, bukan iklan: 'mawar!' seru orang

takjub. 

Seperti bunga di ujung peluk kuntum

demikian kebaikan dan kesetiaanMu

Saling memeluk dan merayakan

Sedang kami baru akan mawar

Ketika kehidupanMu mengantarkan mekar

Semarak kami datang dari genggam anugerah.


Aku mau bermazmur

Tentang mekar mawar tentang perjalanan hujan.


Padamu ada perjalanan 

memaknai arti tak terlihat

seperti laut didihkan langit, 

hidup merangkak: dari uap air, jadi hujan, 

mengerjakan tumbuh bagi benih. 

memaknai luka dan meringkuk dalam harap

seperti benih membutuhkan retak, untuk tumbuh tanpa suara. 

derita membuka jalan: aku menjadi

diri sendiri pada waktu dan musimnya.


Padamu perjalanan 

adalah menuju latar belakang

seperti langit malam

yang membuat bulan dan bintang jadi terang

dan kembang api sebuah perayaan

mendapat decak kekaguman

Padamu perjalanan adalah memberi

bukan karena mati dan tanpa daya,

tapi memilih untuk menyerahkan kepentingan diri sendiri:

menjadi semakin kecil, semakin tak dikenal

semakin melebur, membuat orang lain tumbuh subur.

mewujud dari melebur, remuk dan hancur. 


Aku mau bermazmur tentang kita. Perjalanan kita.

Engkau terus mengalir terus hadir

menelusur perjalanan,melintasi musim kehidupan

Tak terhalangi dalam memerintahkan anugerah

Demi anugerah

Mengawal hari-hari kami

teguh dalam setia, entah kupahami, entah tidak


Aku mau bermazmur

Mazmur perjalanan kita

Seumur hidup akan kunyanyikan:

kebenaran tentang hadiratMu

Yang tak terdustakan.


Engkau terus hadir, senantiasa mengalir

demikian KesetiaanMu, KemurahanMu

Mengawal keliaran hingga pemberontakan,

dusta hingga pengkhianatan

luka dan pedih yang ditorehkan ketidaksabaran

dalam kelam kefanaan

Engkau menunggu dan menyerahkan

Mengangkat dan meneguhkan

Di sepanjang perjalanan

Membungkusnya dengan kehidupan

Memenuhinya dengan anugerah.


Seumur hidup akan kunyanyikan

Mazmur perjalanan hujan dan mekar mawar

Perjalanan cinta kita.


November 2016


Wednesday, April 21, 2021

JAHITAN CINTA IBU -SAJAK MESIN JAHIT (2)

 Udara dingin menyerbu dari kisi-kisi jendela dapur. ruang makan itu, menghidupkan ingatan tentang seorang perempuan

perempuan kuat, yang menolak mengintip hidup darikisi-kisi, 

perempuan yang kupanggil mami, perempuan paling sulit dipahami diusia remaja,

ketika mami duduk di depan mesin jahit menjelang ulang tahunku. Membuatkan baju untukku. Menyiapkan tart ulang tahun, membuatkan kartu . tapi saya toh tetap merasa tak cukup, waktu itu. Selama tak ada pesta disko, apalah artinya ulang tahun? “Kenapa saya tidak bisa bikinin pesta? Kenapa malah kebaktian rumah tangga?, siapa yang ulang tahunka?” Saya ingat kegusaran saya, di salah satu kesempatan hari ulang tahun. 

teman paling kurindukan ketika menjadi istri,

mentor yang paling kuharakan ketika menjadi ibu. 

tidak kusimpan gambar ibu, sepotongpun di seluruh rumahku. Rumah dimana aku dipanggil ibu, oleh anak-anakku. 

tapi di rumahku ada mesin jahit yang tidak pernah melarikan benang dan jarum di atas kain, dan di ujung-ujungnya ada jemari mengapit.

seperti yang ada di rumah ibu. jerrr, jerrrrrrrrrr, jerrrrrrrr bunyinya kuingat.

jerrrrrr, jerrrrrrrr, jerrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr, nyanyi mesin mengiring senandung ibu

ketika waktu ia himpit hati-hati dengan cinta, setelah mengukur kain lalu menjahitkan baju, juga menyiapkan kartu untuk ulang tahunku. mesin jahit di rumahku mengelim waktu yang senyap, ketika kusiapkan pesta ulangtahun lewat telepon untuk si bungsu,

sayup mesin jahit ibu terus berbunyi di dalam darahku, meski terhimpit waktu.

jerrrrrrrrr, jerrrrrrr, jerrrrrrrr cinta ibuku, berdesir di darahku dan mendesau di ingatanku.

Jerrr, jerrrrrrrr, jerrrrrrrr. Mengejar diri dengan tanya: cukupkah perayaan ulang tahun dengan pesanan dari restoran dengan alasan tak ada waktu?

Tak sanggup kubandingkan pilihan mami dengan pilihan-pilihanku sebagai ibu.. Mesin jahit tua, Kali ini ia berbunyi, sebagaimana mesin seharusnya berbunyi. tanpa tanganku menjepit waktu di kedua ujungnya. Jerrrr, jerrrrrrr, jerrrrrrrr. Ibu menjahitkan cintanya ke tubuhku.

padanya aku belajar, kelim dasarnya belum kelar: Jerrrrr, jerrrrrrrr, jerrrrrrr.

Tuesday, March 9, 2021

Choose to Challenge

Renungan tanggal 9 Maret 2021
Hari Perempuan International - International Women's Day
Luna Vidya
Bagian ke 3

MAZMUR 119:65-72 - STANZA KE 9

Tanggal 8 kemarin, adalah Hari Perempuan International - _International Women's Day_, temanya "choose to challenge", berani menantang, jika diterjemahkan. Dari sudut pandang "berani menantang", sebagai seorang perempuan, mari kita lihat apa yang dapat ditemukan dalam stanza ke 9 Mazmur 119. 

65 _Kebaikan hati-Mu yang berlimpah kepadaku membuatku semakin ingin mengikuti  firman-Mu_
66 _Ajarlah aku untuk mengambil keputusan yang baik, dan berilah aku terang, karena aku percaya kepada perintah-perintahMu._
67 _Sebelum aku direndahkan, aku selalu menyimpang, tetapi sekarang aku melihat hikmat dari firman-Mu_
68 _Segala yang Kau lakukan itu indah, mengalir dari kebaikanMu, ajarilah aku kuasa dari firman-Mu yang indah._
69 _Para pembual yang sombong mengarang dusta tentang aku karena aku bersemangat mengikuti semua yang Kau katakan._ 
70 _Hati mereka tumpul dan tidak berperasaan, tetapi aku menemukan harta sejatiku dalam kebenaran-Mu._
71 _Hukuman yang  Kau bawa kepadaku adalah hal terbaik yang dapat terjadi padaku, karena itu mengajarku jalan-jalan-Mu._ 
72 _Perkatan yang Kau ucapkan kepadaku lebih berharga dari kekayaan di seluruh dunia. (Terjemahan Passion)_

Kemarin, saya akhiri renungan dengan ini: "...Saran saya daftarkan diri anda - ke 'sekolah' pembuat keputusan yang baik-. Pembuat keputusan yang baik, adalah kebutuhan saat ini, sekarang dan berdampak kekekalan. Terutama karena anda perempuan. Saya juga. Orang menduga, kita adalah kaum yang membuat keputusan dituntun perasaan semata. Tak apa. *Tapi mari mengalahkan dunia,* dengan memiliki kualitas warga Kerajaan Allah ini: Anda adalah *seorang perempuan* yang mampu membuat keputusan yang baik. Bukan hanya 'baik', tapi juga memenuhi kriteria "berkenan ke pada Allah, dan sempurna".  

*Mari mengalahkan dunia*, _choose to challenge_ dengan cara

*1. Mengembangan kapasitas untuk menjadi pembuat keputusan yang baik*, dengan dua panduan pikir:  (a) Menjadikan Alkitab sebagai referensi utama, 
( b) Kebersediaan menindaklanjuti koreksi.
Dimensi _"choose to challenge"_ kita bersama dalam hal ini  adalah kegigihan untuk menjadi maksimal di dalam kapasitas dan mengakses apa yang (sesungguhnya!) disediakan Kerajaan Allah bagi kita. 

*2. Mempunyai mata yang melihat hasil akhir*

Orang dengan mata yang mampu melihat hasil akhir, dalam stanza ini digambarkan sebagai  (a) orang yang perjalanannya diarahkan oleh Firman Tuhan dan dengan bersemangat berjalan dalam kebenaran (65, 66 dan 69), (b) memiliki kesadaran bahwa *semua yang terjadi* - , adalah intervensi ilahi yang indah di setiap bagiannya dan bersumber dari kebaikan Tuhan (68). Orang yang mempunyai mata melihat hasil akhir, melihat (c) disiplin sebagai bagian tak terelakan untuk mengeluarkan noda dari karakter kita. Seperti api digunakan untuk memurnikan emas (71). 
Jadi _"choose to challenge"_ kita di sini adalah soal persepsi tentang "nasib". Bagaimana anda melihat nasib anda? Individu yang dimakan usia, makin menua atau pribadi yang sedang berjalan makin lama makin kuat, bersemangat ke arah pembuktian kebenaran Firman Tuhan? Bahwa hari-hari kita adalah momentum yang penuh "amin!" ? 

*3. Mengejar kesejatian. _Don't die as a copy_*

70 _Hati mereka tumpul dan tidak berperasaan, *tetapi aku menemukan harta sejatiku dalam kebenaran-Mu.*_
71 _Hukuman yang  Kau bawa kepadaku *adalah hal terbaik yang dapat terjadi padaku*, karena itu mengajarku jalan-jalan-Mu._ 
72 _Perkatan yang Kau ucapkan kepadaku *lebih berharga dari kekayaan di seluruh dunia.*(Terjemahan Passion)_

_"Choose to challenge"_ kita untuk ini adalah memerdekaan diri dari cara ukur dunia dan menyesuaikan diri dengan Kesejatian. Pada ayat 70-72, terdapat pesan yang kemudian terus menerus bergema di Perjanjian Baru: persepsi tentang ukuran.  Bagaimana kita mengukur "terbaik", kekayaan dan pencapaian. Tantang dunia ini, bahwa sebagai perempuan Kristen, kilau kekaguman yang memikat kita bukan kilau yang ditempelkan pada tag harga, tapi pada nilai dan jaminan kekekalan. Kita adalah orang yang merdeka, benar-benar merdeka untuk menjadi sejati, bukan KW, bukan korban _trend_. Ya itu, _don't die as a copy._

Tuhan berkati.
LV

Teach Me Better Judgment (2)

Renungan tanggal 8 Maret 2021
Luna Vidya
Bagian ke 2

MAZMUR 119:65-72 - STANZA KE 9
65 _Kebaikan hati-Mu yang berlimpah kepadaku membuatku semakin ingin mengikuti  firman-Mu_
66 *_Ajarlah aku untuk mengambil keputusan yang baik,* dan berilah aku terang, karena aku percaya kepada perintah-perintahMu._
67 _Sebelum aku direndahkan, aku selalu menyimpang, tetapi sekarang aku melihat hikmat dari firman-Mu_
68 _Segala yang Kau lakukan itu indah, mengalir dari kebaikanMu, ajarilah aku kuasa dari firman-Mu yang indah._
69 _Para pembual yang sombong mengarang dusta tentang aku karena aku bersemangat mengikuti semua yang Kau katakan._ 
70 _Hati mereka tumpul dan tidak berperasaan, tetapi aku menemukan harta sejatiku dalam kebenaran-Mu._
71 _Hukuman yang  Kau bawa kepadaku adalah hal terbaik yang dapat terjadi padaku, karena itu mengajarku jalan-jalan-Mu._ 
72 _Perkatan yang Kau ucapkan kepadaku lebih berharga dari kekayaan di seluruh dunia. (Terjemahan Passion)

Bagian pertama dari membangun keterampilan menghasilkan keputusan yang baik adalah dengan menjadikan Alkitab referensi utama. Semoga kita bersepakat dalam cara pandang: tidak ada opsi lain. 

Kapasitas lain yang harus dikembangkan untuk menjadi pembuat keputusan yang baik adalah: 
2. Kesediaan Menindaklanjuti Koreksi

Menelusur kembali stanza ke 9 Mazmur 119 ini, kita temukan bahwa keterampilan membuat keputusan yang baik, diteguhkan dengan proses evaluasi dan koreksi. Evaluasi dan koreksi diri ini, adalah keterampilan yang harus dibangun, karena umumnya evaluasi dan koreksi, bukan proses yang menyenangkan. Saya mengenali kecenderungan saya membela diri, ketika dievaluasi dan dikoreksi. Kecenderungan yang harus ditaklukan. 
 
_"Bahwa aku tertindas, itu baik bagiku, supaya aku belajar jalan-jalan-Mu."_ (71 - LAI) 
_"Sebelum aku direndahkan, aku selalu menyimpang, tetapi sekarang aku melihat hikmat dari firman-Mu"_ (67 - Passion Translation)
_"Hukuman yang  Kau bawa kepadaku adalah hal terbaik yang dapat terjadi padaku, karena itu mengajarku jalan-jalan-Mu."_ (Passion Translation)

Perhatikan bahwa panduan bagi kita adalah bukan hanya bersedia dikoreksi saja, tapi melanjutkan evaluasi dan koreksi itu ke tahap "barang siapa mendengar perkataan-Ku dan melakukannya, ia seperti orang yang membangun rumahnya di atas batu". 
Ya tahap tidak lanjut. Tahap melakukan. Karena bahkan ketika kita dapat menerima koreksi setelah evaluasi diri atau lewat orang lain dan berbagai cara pengungkapan fakta lain, di fase ini pilihannya adalah melanjutkan koreksi ke tahap melakukan sesuai arahan Firman Tuhan atau melakukan penyangkalan. Penyangkalan itu termasuk sikap ini: "aih biar mi deh, terlanjur mi."  Terdengar rendah hati, tapi sebenarnya itu sikap tidak mau dikoreksi. 
 
Dalam kebiasaan serba instan saat ini, dengan tips-tips untuk menguasai keterampilan dalam waktu singkat, belajar lewat jalan 'tertindas', bukan solusi populer. Tidak ada sekolah yang akan mempromosikan diri dengan slogan: "Tertindas Itu Baik Bagiku" tidak ada yang akan mendaftar ke sana. 

Tapi referensi utama kita menunjukkan tertindas itu jalan belajar.  Belajar tentang ketetapan. Belajar prinsip lewat disiplin. Anda tahu istilah detoksifikasi, bukan? Kata "tertindas" bekerja seperti detoksifikasi, terapi untuk mengeluarkan racun dari tubuh kita. "Tertindas" yang ini punya tujuan mengeluarkan racun dari cara pandang kita.   

Dalam stanza ini, sikap beriman diungkapkan dalam: "aku percaya", "aku melihat".

66 _Ajarlah aku untuk mengambil keputusan yang baik, dan berilah aku terang, *karena aku percaya kepada perintah-perintahMu*._
67 _Sebelum aku direndahkan, aku selalu menyimpang, tetapi *sekarang aku melihat hikmat dari firman-Mu*
68 *Segala yang Kau lakukan itu indah, mengalir dari kebaikanMu*, ajarilah aku kuasa dari firman-Mu yang indah.
70 _Hati mereka tumpul dan tidak berperasaan, *tetapi aku menemukan harta sejatiku dalam kebenaran-Mu.*_
71 _Hukuman yang  Kau bawa kepadaku *adalah hal terbaik yang dapat terjadi padaku, karena itu mengajarku jalan-jalan-Mu._* 
(Terjemahan Passion)

Jadi terang benderang bukan bahwa iman dibutuhkan di sini? Dan iman itu, adalah iman unggul yang mengalahkan (sistem) dunia. Bukan iman KW, yang menguat seturut _mood_, dan karena hal-hal baik saja. Kalau ada sekolah memakai slogan "Tertindas Itu Baik Bagiku", hanya mereka yang percaya hasil akhir yang akan mendaftarkan diri.  Kabar baik dari  promo tegas  'modul tertindas' ini adalah lulusannya akan hadir sebagai pribadi yang mahir membuat keputusan yang baik, dalam peran apa pun di masa hidup mereka. 

'Sekolah' menjadi pembuat keputusan yang baik, membuka kelasnya setiap waktu: 24/7. Dua puluh empat jam sehari, tujuh hari seminggu. Saran saya daftarkan diri anda - ke 'sekolah' pembuat keputusan yang baik-. Pembuat keputusan yang baik, adalah kebutuhan saat ini, sekarang dan berdampak kekekalan. Terutama karena anda perempuan. Saya juga. Orang menduga, kita adalah kaum yang membuat keputusan dituntun perasaan semata. Tak apa. *Tapi mari mengalahkan dunia,* dengan memiliki kualitas warga Kerajaan Allah ini: Anda adalah *seorang perempuan* yang mampu membuat keputusan yang baik. Bukan hanya 'baik', tapi juga memenuhi kriteria "berkenan ke pada Allah, dan sempurna".  

Tuhan berkati. 
LV. 
   
_catatan pinggir:_
Mazmur 119, terdiri dari 22 stanza. Stanza adalah bentuk puisi yang setiap baitnya terdiri dari 8 larik. Stanza dalam Mazmur 119 ini, disusun mengikuti abjad Ibrani pada awal setiap stanza. Ayat 65-72 ini adalah stanza/bait ke 9 yang larik pertamanya diawali dengan huruf ke 9, --> ט‎ - _tet._ 

Teach Me Better Judgment

Renungan tanggal 7 Maret 2021
Luna Vidya

_Bagian 1_.

MAZMUR 119:65-72 - STANZA KE 9
65 _Kebaikan hati-Mu yang berlimpah kepadaku membuatku semakin ingin mengikuti  firman-Mu_
66 _Ajarlah aku untuk mengambil keputusan yang baik, dan berilah aku terang pewahyuan-Mu, karena aku percaya kepada perintah-perintahMu._
67 _Sebelum aku direndahkan, aku selalu menyimpang, tetapi sekarang aku melihat hikmat dari firman-Mu_
68 _Segala yang Kau lakukan itu indah, mengalir dari kebaikanMu, ajarilah aku kuasa dari firman-Mu yang indah._
69 _Para pembual yang sombong mengarang dusta tentang aku karena aku bersemangat mengikuti semua yang Kau katakan._ 
70 _Hati mereka tumpul dan tidak berperasaan, tetapi aku menemukan harta sejatiku dalam kebenaran-Mu._
71 _Hukuman yang  Kau bawa kepadaku adalah hal terbaik yang dapat terjadi padaku, karena itu mengajarku jalan-jalan-Mu._ 
72 _Perkatan yang Kau ucapkan kepadaku lebih berharga dari kekayaan di seluruh dunia._

*Ajarlah aku mengambil keputusan yang baik *,_teach me better judgment_.
Kita semua pasti pernah tiba pada titik di mana kita termangu-mangu menyadari, bahwa kita telah ada dalam sebuah situasi sulit, karena keputusan yang kita ambil beberapa masa sebelumnya, ternyata bukanlah keputusan yang baik.  
Keputusan buruk yang terus menerus terjadi akan menimbulkan keputusasaan. 
Artinya ayat ini sedang berbicara pada kita, bahwa membuat keputusan yang baik adalah sebuah keterampilan. Kualitas yang harus dibangun. Ditempa tepatnya.   

Bagaimana cara membangun keterampilan "membuat keputusan yang baik"?
dalam stanza ke 9 Mazmur 119 ini, terdapat 'panduan peningkatan kapasitas' membuat keputusan yang baik.  

1.  _Menjadikan Alkitab sebagai referensi utama_

'Referensi utama' artinya menjadikan Alkitab sebagai sumber prinsip dari tindak tindakan. Sama seperti kita mengenali 'pagi' dan 'malam' dengan memakai matahari dan bulan, demikian seharusnya prinsip kepastian keutamaan Alkitab berlaku dalam hidup kita, kita tidak ragu-ragu, tidak bimbang. Kalau matahari sudah terbit, itu 'pagi', kalau matahari sudah tenggelam, 'malam'. 

Kenapa kita perlu ditempa untuk bisa menjadi pembuat keputusan yang baik? Karena menjadikan Alkitab sebagai rujukan dalam membuat keputusan yang baik bukan perkara mudah. Proses ini seperti mengganti 'peta perjalanan' dalam proses pembuatan keputusan. Sebab sadar atau tidak, banyak proses pengambilan keputusan kita didasarkan pada pendapat pun kebiasaan mayoritas. 'Peta' yang dibentuk oleh kebiasaan, pandangan mayoritas ini harus ditinggalkan dan beralih menggunakan peta  ketetapan Tuhan, peta Kebenaran.
 
Saya berasumsi kita semua paham fase "peralihan" itu seringkali meninggalkan jurang menganga di sana sini, kebingungan.  Ini salah satu hal yang perlu diwaspadai: jurang-jurang dan kebingungan yang timbul sebagai konsekwensi memakai Alkitab sebagai referensi utama. Dalam situasi inilah, ketika ada dalam fase peralihan, kita perlu iman untuk bisa meneruskan proses belajar dalam kelas "membuat keputusan yang baik". Sebab tanpa iman, kita akan segera membuang referensi, peta kebenaran kita. Karena di kelas ini, kita bisa kecewa. Rasa kecewa, ketika sedang berlatih membuat keputusan di atas peta kebenaran, adalah godaan terbesar untuk kembali ke cara-cara membuat keputusan berdasarkan kebiasaan atau pandangan mayoritas.  
  
Tidak ada opsi lain, untuk menjadi terampil membuat keputusan yang baik. Alkitab harus menjadi referensi utama.Menjadi cara ukur, prinsip. Tidak tersedia pilihan alternatif , untuk memakai kebiasaan, 'apa kata orang', dan arahan 'orang pintar' sebagai faktor-faktor penentu dalam membuat keputusan. Bukan sekedar  keputusan, tapi keputusan yang baik.  Bahkan jika nasehat itu kita peroleh dari para motivator, dipandang lumrah, dapat dimaklumi, menawarkan solusi cepat. Jika arahan itu, tidak bisa disesuaikan dengan kebenaran Alkitabiah, tidak merupakan konfirmasi dari kerja Roh Kudus dalam kita, meneguhkan ketuhanan Kristus, kemahakuasaan Bapa,  maka nasehat itu, maaf, adalah nasehat orang yang tidak jujur,  "para pembual yang sombong". 
Jika sebuah nasehat tidak mencerminkan ketetapan, prinsip-prinsip perjanjian Tuhan, maka nasehat itu ADALAH nasehat yang menyimpangkan. Kalau mau lebih lugas, itu bukan nasehat, tapi noda dusta dalam proses pengambilan keputusan.  

Tanpa mengecilkan makna 'persekutuan orang percaya" yang di dalamnya ada nasehat dari dan untuk sesama anggota Tubuh Kristus, tapi karena setiap kita harus memadankan diri dengan prinsip-prinsip yang tersedia dalam Alkitab, maka kita harus bisa bertaut dan tertaut pada referensi utama itu secara pribadi.  Setiap kita sebagai individu, dapat mengakses tuntunan, strategi, pertimbangan-pertimbangan, prinsip-prinsip dan semua elemen lain yang dibutuhkan untuk membuat pertimbangan dan menghasilkan keputusan yang baik. Untuk memanfaatkan kekayaan itu,  kita sendiri harus membaca Alkitab. Jangan bersandar pada _bedde'_ (menurut kata orang, bahasa Makassar) tapi bersandar pada Firman Hidup yang dinyatakan Roh Kudus dalam Alkitab. Membaca sendiri, membukakan bagi kita kesempatan untuk mengalami pengalaman "paham", pengalaman "terang pewahyuan-Mu".

Jangan biarkan keputusan buruk yang satu menyeret keputusan buruk  lain, yang kemudian membentuk lingkaran keputusasaan. Akhiri siklus keputusasaan, dengan menjadikan Alkitab, terang pewahyuan Kristus yang di kerjakan Roh Kudus bekerja bersama-sama dalam hidup kita. Sehingga kita dari sekarang sampai ke kekekalan, akan hidup dalam rencana Tuhan yang baik, berkenan kepada Allah dan sempurna.