Notes On

Wednesday, April 21, 2021

JAHITAN CINTA IBU -SAJAK MESIN JAHIT (2)

 Udara dingin menyerbu dari kisi-kisi jendela dapur. ruang makan itu, menghidupkan ingatan tentang seorang perempuan

perempuan kuat, yang menolak mengintip hidup darikisi-kisi, 

perempuan yang kupanggil mami, perempuan paling sulit dipahami diusia remaja,

ketika mami duduk di depan mesin jahit menjelang ulang tahunku. Membuatkan baju untukku. Menyiapkan tart ulang tahun, membuatkan kartu . tapi saya toh tetap merasa tak cukup, waktu itu. Selama tak ada pesta disko, apalah artinya ulang tahun? “Kenapa saya tidak bisa bikinin pesta? Kenapa malah kebaktian rumah tangga?, siapa yang ulang tahunka?” Saya ingat kegusaran saya, di salah satu kesempatan hari ulang tahun. 

teman paling kurindukan ketika menjadi istri,

mentor yang paling kuharakan ketika menjadi ibu. 

tidak kusimpan gambar ibu, sepotongpun di seluruh rumahku. Rumah dimana aku dipanggil ibu, oleh anak-anakku. 

tapi di rumahku ada mesin jahit yang tidak pernah melarikan benang dan jarum di atas kain, dan di ujung-ujungnya ada jemari mengapit.

seperti yang ada di rumah ibu. jerrr, jerrrrrrrrrr, jerrrrrrrr bunyinya kuingat.

jerrrrrr, jerrrrrrrr, jerrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr, nyanyi mesin mengiring senandung ibu

ketika waktu ia himpit hati-hati dengan cinta, setelah mengukur kain lalu menjahitkan baju, juga menyiapkan kartu untuk ulang tahunku. mesin jahit di rumahku mengelim waktu yang senyap, ketika kusiapkan pesta ulangtahun lewat telepon untuk si bungsu,

sayup mesin jahit ibu terus berbunyi di dalam darahku, meski terhimpit waktu.

jerrrrrrrrr, jerrrrrrr, jerrrrrrrr cinta ibuku, berdesir di darahku dan mendesau di ingatanku.

Jerrr, jerrrrrrrr, jerrrrrrrr. Mengejar diri dengan tanya: cukupkah perayaan ulang tahun dengan pesanan dari restoran dengan alasan tak ada waktu?

Tak sanggup kubandingkan pilihan mami dengan pilihan-pilihanku sebagai ibu.. Mesin jahit tua, Kali ini ia berbunyi, sebagaimana mesin seharusnya berbunyi. tanpa tanganku menjepit waktu di kedua ujungnya. Jerrrr, jerrrrrrr, jerrrrrrrr. Ibu menjahitkan cintanya ke tubuhku.

padanya aku belajar, kelim dasarnya belum kelar: Jerrrrr, jerrrrrrrr, jerrrrrrr.