Notes On

Wednesday, September 5, 2007

Puisi Tentang Pergi

aku telah mendatangi tempat-tempat ini. 
Mungkin tidak berulang ke sana lagi. tapi dalam ketidaktahuan akan masa depan,
akan kukirim puisi untukmu, tentang hutan penuh sulur rotan dan kayu melintang yang menjadi tua dan tersandar anggun di bahu kelebatan, hutan tanpa macan, bertaring suram. menggetarkan. 
tentang sungai, dalam ceruk perbukitan alang tempat aku dibesarkan. Sebuah kampung bernama Ifar Gunung. Tentang halaman rumput yang terbentang luas di depan rumah, dan sebagai orang Ambon, ibuku, di halaman itu, telah mengelantang pakaian, supaya warna terang sprei, taplak meja, tirai tetap cemerlang. 
tentang bunga berwarna biru cerah, juga kembang serupa bunga plastik beragam warna yang mekar di Kurima, kampung orang Dani di Lembah Balim. Akan kutulis untukmu, senja di Kaimana pada musim meti panjang, dan pasir mencatat napas ikan yang mati terdampar karena terlalu jauh berenang ke darat.  atau tentang bunga karang merah muda, anemon yang tumbuh di bawah rumah di Ayau. 

Dari kain-kain yang dikelantang di halaman depan, aku telah berjalan, menemui cerita-cerita jemuran di kampung-kampung lain, di kapal-kapal yang bersandar di beragam pelabuhan, tentang kemungkinan yang disediakan malam, sarung, melihat angin dan matahari meremas BH dan dan celana dalam perempuan sampai kering di bentang tali geladak. Kemungkinan adalah jalan-jalan yang menerabas hutan kampung-kampung tak tercatat
Itulah yang ditawarkan pergi: kemungkinan. 
Kemungkinan adalah ragu yang ditaklukkan sanro pinisi', ketika menakar tebal air dengan lidahnya. Kemungkinan juga yang dilambaikan gerombolan kunang-kunang di pohon asam yang tumbuh di tengah kuburan, bagi nelayan. 
di lidah, dan kunang-kunang, kemungkinan duduk. Kemungkinan untuk menempuh perjalanan lain.
Kemungkinan untuk pulang.  


3 comments:

  1. adakah senja disana seindah puisita kakak? undanglah beta nanti ke sana ya...

    ReplyDelete
  2. untukku ini kak luna?

    ReplyDelete
  3. senyap lima kali pagi
    padahal kusiapkan perigi
    tuk memamah setiap puisi
    dan kuusapkan ke mahdi
    ku.

    ReplyDelete