berhadapan dengan malam
bau laut menggantung
pekat
sudah selarut ini
kau masih belum kembali
pada trotoar losari kosong berangin
pada gerobak dengan peti-peti sepi pembeli
pada sayup pelita di buritan sampan
ada aku terhampar
di antara angin dan malam
padamu kukemas rindu
seperti angin silir, ombak, es dalam kotak sepi
tak putus-putus dingin
melarutkan malam
rindu tak jemu kularung ke arahmu
semoga sampai
sebelum pagi
bau laut menggantung
pekat
sudah selarut ini
kau masih belum kembali
pada trotoar losari kosong berangin
pada gerobak dengan peti-peti sepi pembeli
pada sayup pelita di buritan sampan
ada aku terhampar
di antara angin dan malam
padamu kukemas rindu
seperti angin silir, ombak, es dalam kotak sepi
tak putus-putus dingin
melarutkan malam
rindu tak jemu kularung ke arahmu
semoga sampai
sebelum pagi
/2/
kabut di laut, hari larut di langit hampa, kepada bayang hitam perahu pulang
rindu tersangkut di tiang dermaga
ombak mengusap kayu, waktu mengusapku.mengusap risau yang sebahu.
bagiku kau binatang karang di tiang-tiang dermaga, lekat, pada surut dan pasang
pada pecah gelombang, tumbuh dan diam.
tentangmu: waktu adalah tangan yang melambai, melepas pergi. pun aku, buih busa di buritan kapal , kenangan yang tak jejak, tak sisa.
di dermaga, kuantar kenangan pulang ke malam.
/3/
di sebuah pantai lain,
angin membawa bau hutan,
bertiup dari lautan sarat dengan 'jangan',
sarat oleh 'tak boleh', menghembuskan gamang
menyisirkan bimbang.
menyisirkan bimbang.
Lalu hujan jatuh,
membalurku dengan perih dan gigil
yang memamah dirinya sendiri
membalurku dengan perih dan gigil
yang memamah dirinya sendiri
ketika berhenti.
2008
No comments:
Post a Comment