Notes On

Friday, June 13, 2008

Cemburu Yang Membakarku

then another page was added about you



cemburu? ada masa yang panjang saya tertawa atas kata itu.. cemburu hanya milik mereka yang dimanjakan kepalsuan. dan dua-duanya: kepalsuan dan manja, bukan sepantasnya menjadi bagianku. Tapi malang sekali, hari ini di depanmu saya dengan panik mencari pegangan dan kendali atas diriku sendiri. Tiba-tiba ingin kuraih saja bayang kesombongan -juga palsu- yang menonton kepanikanku dengan bibir terkatup.

ya saya cemburu.
datangnya seperti gelombang dari kejauhan, yang mengombak dan pecah di bibir pantai. dan selain buih busa, tak ada apa-apa yang di bawanya. Ah. juga rasa kosong yang tak terpahami musababnya.

apa alasannya?
tidak tahu. saya tak punya penjelasan. terlebih alasan, kenapa perlu cemburu. Ini hanya sebuah peristiwa dari keteledoran membaca musim. Ini hanya kesalahan. Kesalahan sering kali tidak memerlukan penjelasan tentang alasan. Barangkali. Sederet kalimat ini, semata barangkali dan mungkin, juga entahlah.

seringkali, dan sering sekali saya tidak punya jawaban untuk kejutan-kejutan emosional seperti ini. Jika itu -terkejut - adalah indikator ketidaksiapan, maka dalam beberapa hal mencemburuimu adalah kesalahan. kesalahannya ada padaku. salahku sendiri. Sebab kenapa mesti terkejut? Dirimu tidak rumit dibaca.
Kalau mau beranalogi, kau bukan aksara lontara untuk orang papua yang tak mahir meninggalkan jejak perjalanan di atas "kertas". Tapi tentu saja, kau tak bisa bilang: aku lebih berbudaya hanya karena telah mencapai aksara. Karena kau pun tentu paham, jejak dapat ditinggalkan dengan wujud yang lebih sederhana: pada ukiran dan patung-patung. Tapi justru lebih merdeka, saya pikir. Ah, ini tidak ada hubungannya.
Kembali ke cemburu, keterkejutan itu. gelombang yang lalu mengombak dan sekarang pecah ini, tidak terjadi kecuali saya menginjinkannya -gelombang itu- sampai ke pantai. sesuatu yang mestinya tak terjadi lagi. Telah saya bangun pemecah ombak untuk segala yang dibangkitkan lautku sebagai respon terhadapmu. Tapi ternyata, saya tidak cermat. Ada ombak kecil yang telah sampai di pantaiku belakang hari ini.. yang membuatku berdebar. berdebar lagi. tapi keras kepala dan keangkuhanku melarang untuk melihatnya sebagai pesan perubahan..
pesan tentang musim yang berubah. angin yang membawa bau hutan, mulai bertiup lagi dari arah lautan. Membangkitkan kerinduan dengan sangat. Meski kerinduan itu sarat dengan perih dan gigil yang memamah dirinya sendiri ketika segala berhenti.

Cemburu yang membakar, menghangus-abukanku, dibangkitkan olehmu.

No comments:

Post a Comment