Notes On

Thursday, December 31, 2020

EBEN-HAEZER, AMIN

EBEN-HAEZER, AMIN

Sejak PSBB diterapkan, saya bergabung dalam sebuah group doa, lintas agama.
Rencananya hanya untuk sebulan ke depan, seminggu 3 kali, pada hari dan jam tertentu. Tidak jadi berakhir di Mei, grup doa ini terus bertahan sampai hari ini. 
Kami mendoakan pokok doa yang dibagi, siapa pun sebenarnya berhak memposting sesuatu yang dianggap patut dan penting didoakan. Menandai keterlibatan, dalam pertemuan doa hari itu, anggota grup memposting "amin". Tidak selalu semua orang memposting kata penanda itu. 

Tulisan ini telah saya revisi dari tulisan awal yang saya posting di group WA bersangkutan. 

***
Di bawah ini, rangkuman pokok doa di awal perjalanan kita: April 2020. 
Pokok Doa: 22 April 2020
1. Doa Bagi Masyarakat dan Bangsa Indonesia agar dapat tertib menjalankan Instruksi Pencegahan Covid19 dari Pemerintah (memiliki inisiatif dalam diri masing”)
2. Doa bagi Petugas Medis , Rumah Sakit, Dokter dan semua yang paling rentan terpapar atas virus Covid19 ini 
3. Dampak Sosial Ekonomi dari Covid 19
4. Distribusi Pangan / bantuan kepada masyarakat kurang mampu kiranya tepat SASARAN dan SESEGERA MUNGKIN 
5. Pemberlakuan PSBB di wilayah Makassar diharapkan berjalan lancar & kondusif.

Apakah keadaan berubah? Tidak banyak. Tidak radikal.
Apakah berdoa bersama tidak ada gunanya? Mungkin buat beberapa orang. 
Tapi kita bertahan. Menurutku karena kita punya pengakuan dalam diri,  bahwa ada hal yang kasat mata telah menolong kita, hingga tiba di hari ini. 30 Desember 2020. Hal kasat mata yang kita identifikasi sebagai TUHAN. Amin. 

Ada sebuah kata Eben-Haezer, kata dalam bahasa Ibrani, yang artinya: Batu (bisa juga 'tugu') Pertolongan, memuat narasi pengakuan " sampai di sini TUHAN (telah) menolong kita". Batu peringatan yang diletakkan oleh seorang yang sejak usia muda, telah memdengar suara YHWH, dan kemudian menjadi hakim bangsa Israel: Samuel. Sampai di sini, jika menengok ke daftar doa kita di akhir April itu, menjadi petunjuk bagaimana daftar doa itu tumbuh, dan bagaimana TUHAN telah menolong kita. Eben-Haezer.
 
Menjenguk lagi daftar doa minggu pertama itu, ingin saya sampaikan: perjalanan bersama kita, seperti saya melaluinya: tertatih-tatih, bolong-bolong. Tapi grup ini, telah menjadi cara harapan dikomunikasikan bagi beberapa orang, jika tidak semua. 

Bagi saya, kita seperti kapal ada di laut yang bergelombang pun tepi pandemi belum terlihat. Tapi setiap 'amin' yang disematkan di sini, telah berfungsi seperti Signal Morse, yang dikirimkan dari satu kapal ke kapal lain dalam kabut. 
 A= •- (beep beeeeep)
M= - - (beeeeep beeeeep)
I  = •• (beep beep)
N = -• (beeeeep beep)

Aminmu, wankawan, telah mendorong dan mengingatkan saya, untuk menjenguk pokok doa demi pokok doa yang diletakkan di pelataran doa kita bersama. 
'Amin' wankawan, selalu mengetarkan hati saya.  Menjadi penanda, ada yang telah memasuki pelataran doa. Tidak selalu saya kenal secara formal. Tidak setiap amin, seiman dengan saya. Tapi pemilik 'amin' ini, merendahkan diri untuk permohonan yang sama. Kemudian ketika saya ada di pelataran doa pribadi saya,  saya dapat mengirim sinyal harapan yang sama dalam permohonan yang serupa. 
 
Tentu bisa kita pakai pokok doa/daftar doa kita, menjadi seperti tugu. Menjadi peringatan tentang apa yang telah kita lewati.  Tepi pandemi belum terlihat,  jadi tidak akan menciderai siapa-siapa jika kita tetap saling mengirim pesan harapan, dengan "Amin". Sebab menurutku, kita toh sadar, bahwa bukan hanya untuk info antara kita, amin itu. Itu bentuk klaim solidaritas sebagai manusia, bahwa kita telah tiba di pelataran doa dan menaikan permohonan kepada TUHAN, Allah khalik langit dan bumi. 

•-                          /- -                               / ••                 /-•
[beep beeeeep]|[beeeeep beeeeep]|[beep beep]|[beeeeep beep]

📸 Ardan, 2013. Prita Istri Kita.

No comments:

Post a Comment