Thursday, December 31, 2020
EBEN-HAEZER, AMIN
Monday, December 21, 2020
Berapa Lama Lagi?
Saturday, December 19, 2020
SETELAH ITU
Keiku, Bukan Haiku
:k
(1)
aku tahu sekarang,
kenapa rindu padamu selalu mengharu biru
aku terlalu sederhana,
dan dengan sederhana telah mencintaimu
(2)
aku bersedia menunggu besok juga beribu esok
ketika kau putuskan menyesapku tanpa sangsi,
seperti kopi
dan meletakkannya kembali
(3)
"akan tibakah pasang, membelai?"
angin tipis, bia* di batu menggeliat
"kau merindukanku?"
asa tipis, angan di batu menggelepar
menunggu peluk ombak berikut.
*bia=kerang
(4)
sambil menjatuhkan huruf ke dalam
gelas yang terus kita pesan,
jam berderit gelisah. mengulur satu lagi perpisahan.
di ujungnya aku tertambat.
"aku tak tahu jalan pulang, selain kepadamu"
(5)
cuma aku yang mencintaimu seperti aku, k
: menulisimu dengan seluruh diriku.
kan?
(6)
ketika menyesapmu,
sambil memikirkan secangkir kopi yang terlambat tiba di pagi hari,
kubiarkan rindu memahat namamu
kopi itu kemudian menunggu.
dingin.pahit.
(7)
tentu
kau telah mencintaiku
entah dengan cara apa
itulah musabab rindu: mencari tahu
(8)
pasangan remaja di sebelah meja
mata mereka meruah dengan
ha ha ha ha ha
sebagaimana lelucon kita
semakin tawa ketika makin luka
pesanan kami sama,
es krimku meleleh tertimpa air mata
(9)
peristiwa kita, k:
seliweran dalam kepalaku
berhimpit, tak ada etika, mementingkan diri
riuh seperti di pettarani pada waktu makan siang
klaksonnya memekakan telinga
berpegang tangan dengan kenangan
menyeberang jalan
dari sepi yang satu ke sepi yang lain
aku: menyebut namamu seperti
merapal doa
(10)
dirimu adalah rindu
yang tidur
tersentak sesekali,lalu
tenggelam
dilelap. makin dalam
(11)
kita semakin tak mungkin ditemui kembali.Indah ya?
:"apa?"
yang akan tumbuh dari rindu
(12)
ketika malam itu aku melipat kenangan
bersiap untuk sebuah perjalanan:
kecupmu memata air
di nadiku
setelah seluruh anak tangga usai,
kemudian semata sepi
dengan airmata berlinang
aku merdeka memekikan:
aku cinta padamu!
September 2011