suatu hari
kita duduk di depan jendela
berdampingan,
melepaskan angan-angan
seperti angin melepaskan bau laut
"anyir", kataku. "harum", katamu.
matamu menjelma laut di hari yang surut
melihat apa hati dr jendela imaji?
tangan yang melambai?
Temanmu? Teman lama? Yang mana?
khianat atau rasa bosan?
sejauh apa dia dari kita?
3 hari perjalanan, musim panas yang akan datang, atau akhir tahun
atau berdiri di jendela
kau sedang menanti saat ia menjemputmu
semata menunggu ketukan di pintu?
di jendela,
jendela yang sama:
menjalin jemari menakar waktu
aku mencium lagi bau angin laut. Baunya pilu.
kau akan meninggalkanku akhirnya.
tapi siapa yang bisa mengelakkan perpisahan
mari berpesta!
lalu lupa.
memang hanya perahu karam yang tinggal dekat dermaga
dilapukkan waktu di pantai landai
pula dengan segala yang kau punya
sungguh patut jika laut jua
yang memeluk kibar layarmu
yang merengkuh gelisah kembaramu.
di depan kaca kesedihan berdandan
menunggu waktu itu tiba.
tapi jangan pergi diam-diam
kau akan kuantar sampai ke pekarangan
membenahi letak topi yang kau kenakan
sebelum lepas menyelamlah di mataku
kau tahu
nanti aku akan baik-baik saja
pula luka niscaya kukebas lepas bagai debu
di depan pintu masa lalu
tangan tunggu, kukuh merengkuhku.
ketika bibir gemetar menyebut namamu
dan wajah kubenam dalam sepi yang ngilu
2008
No comments:
Post a Comment